SEJARAH MBAH LIM KLATEN



KH Rifai Muslim Imampuro atau yang akrab disapa Mbah Lim adalah sosok kiai nyentrik dari Klaten. Kini kiai kebanggaan warga NU itu sudah tiada. Tepatnya Kamis, 24 Mei 2012 ia menghembuskan nafas terakhirnya. Jum’at kemarin merupakan 100 hari wafatnya Mbah Lim. Mbah Lim dikenal sebagai kiai yang fanatik terhadap Pancasila. Banyak fakta yang bisa dikupas dari sosok Mbah Lim ini. Salah satu fakta unik yang sudah diketahui bayak orang adalah pemberian nama pesantrennya.


Bukan Mbah Lim kalau tidak nyentrik. Pesantren yang diasuh Mbah Lim itu diberi nama Pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti, bertempat di Kecamatan Karang Anom, Klaten. Itu artinya Pancasila memang dianggap sakti oleh kiai nyentrik itu.

Dalam berpakaian, Mbah Lim memiliki gaya eksentrik. Kesehariannya, ia selalu mengenakan topi yang kadang-kadang dipadu dengan sorban putih hingga tampak seperti petani di sawah. Kiai satu ini memang berbeda jika dibandinkan dengan kiai-kiai lain. Kalau kiai-kiai pada umumnya baju yang bagus dan tampak bersih, tetapi untuk Mbah Lim lain. Cara dia berpakaian sangat sederhana. Justru dengan kesederhanaannya itulah yang membuat Mbah Lim menjadi sosok yang sangat menginspirasi bagi santrinya.

Tokoh Panutan

Mbah Lim adalah seorang kiai yang yang semasa hidupnya menjadi panutan dan tokoh spiritual bagi masyarakat. Tidak hanya bepengaruh di tengah-tengah masyarakat, bahkan pemerintah pun banyak yang akrab dengan kiai satu ini. Sebut saja ketika Gus Dur yang waktu itu menjabat sebagai Presiden, menyempatkan datang ke pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti. Pada waktu itu, Mbah Lim sendiri yang langsung menyambut kedatangan presiden, layaknya tukang parkir dengang menggunakan topi memberi aba-aba kepada supir kepresidenan untuk memarkirkan mobil.

Mbah Lim merupakan sosok kiai yang unik, bahkan banyak yang percaya bahwa ia adalah waliyullah. Alasannya utamanya, Mbah Lim selalu ikhlas dalam setiap langkah hidupnya dan tanpa memiliki pamrih. Contoh menarik yang dilakukan Mbah Lim adalah kebiasaanya mendekati para pejabat dan para aktivis untuk meluruskan langkah-langkah mereka yang salah. Sama sekali bukan untuk meminta-minta sesuatu, namun benar-benar untuk menasehati agar mereka dapat bekerja sesuai amanat rakyat. Sosok seperti beliau sudah langka sekarang ini. Yang banyak adalah tokoh yang mendekati pejabat untuk kepentingan tertentu atau meminta sesuatu.

Nasionalisme Tinggi

KH Rifai Muslim Imampuro merupakan sosok yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi. Menurut KH Hasyim Muzadi, penerimaan NU terhadap Pancasila tidak lepas dari sosok seperti Mbah Lim. Sebelum akhirnya dirumuskan oleh KH Ahmad Siddiq secara filosofis, historis dan syar’i. Meski fanatik dengan Pancasila, tetapi bukan berarti Mbah Lim mempersamakan Pancasila dengan agama. Namun, Mbah Lim percaya bahwa perjuangan Pancasila, melalui nilai dan normanya, akan mengantarkan Indonesia ke jalan agama.

Mbah Lim, lanjut Hasyim, selalu mengatakan ’Pancasila Sakti’ karena proses agamisasi Indonesia tidak bisa melalui kekuasaan semata namun melalui nilai, norma, dan budaya Pancasila. Kini, Indonesia kehilangan pahlawan Pancasila yang tulus, yang melihat Pancasila sebagai jalan tak terelakkan bagi kaum Muslimin dan bangsa Indonesia. Pengkhianatan atas nilainya akan membuat Indonesia semakin terpuruk di kancah internasional.

Kepergian Mbah Lim menjelang peringatan hari lahirnya Pancasila, 1 Juni, membuat banyak orang merasa kehilangan. Seandainya, dia masih ada, pasti perayaan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia itu akan lebih mengena dan bermakna. Pancasila memang sebuah pemikiran genius dari founding father Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila merupakan ciri atau identitas bangsa, serta sebagai kepribadian bangsa Indnesia.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memang sungguh luar biasa. Jika nilai-nilai itu bisa terlaksana atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, maka bisa dipastikan Indonesia tidak seperti sekarang ini. Kekacauan dan kebrorokan terjadi dimana-mana. Mulai dari moral yang kian merosot, para pemuda yang tidak lagi mempunyai jiwa nasionalisme, sampai melencengnya para pemimpin dan aktor-aktor politik dalam menetapkan kebijakan.

Fakta-fakta memprihatinkan tersebut memang semakin merebak, bahkan hampir terjadi di semua ranah. Kemiskinan tak kunjung teratasi, korupsi terjadi secara besar-besaran, eksploitasi pihak asing terhadap SDA Indonesia adalah sebagian kecil dari masalah bangsa saat ni. Padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dan memiliki jumlah SDM yang berlimpah. Jika semua itu bisa dimanfaakan dengan baik, maka niscaya Indonesia akan bisa mencukupi kebutuhan hidup rakyatnya.

Penyebabnya adalah mental inferior dari warga negara Indonesia. Mental yang selalu merasa terbelakang dan lebih rendah dari bangsa lain. Inilah faktor lain yang menyebabkan Indonesia tidak maju-maju. Pada sisi lain, banyak kita jumpai SDA yang dikuasai oleh pihak asing. Sebut saja, Exxon, Freeport, dan pertambangan yang lain yang sebagian besar dikuasiai pihak asing, padahal, itu adalah milik Indonesia yang sudah selayaknya dimanfaatan oleh warga Indonesia.

Dari kepergian Mbah Lim, kita bisa mengambil hikmah dan makna bahwa Pancasila adalah sebuah dasar negara yang memang sangat cocok dengan budaya bangsa ini. Tinggal kita, seluruh warga negara bangsa ini, apakah bisa memanfaatkannya atau tidak. Sikap sederhana dan bersahaja Mbah Lim perlu kita teladani, terlebih bagi pemimpin bangsa. Seiring dengan berlalunya 100 hari wafatnya Mbah Lim, kita berharap negeri ini bisa mengambil contoh kepada sosok Mbah Lim. Semoga Mbah Lim tersenyum melihat rakyat Indonesia makmur dan sejahtera sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Pancasila. Wallahu a’lam bi al-shawab.

* Sekretaris of Center for Democracy and Religius Studies (CDRS) Semarang, Mantan Aktivis IPNU Kota Rembang.

0 comments:

Post a Comment

tolong comment yang baek2 aja